Waktu
Waktu tenyata bisa mengobati luka.
Waktu berjalan, meskipun masa-masa kita bersama tertinggal
jauh di belakangku tetapi tetap saja kenangan kita ikut terbawa kemanapun aku
pergi.
Aku kehilanganmu.
Juga kita.
Aku tersesat di antara waktu yang telah kulalui akhir-akhir
ini.
Aku berharap putaran waktu jam dinding berbalik agar sekali
lagi aku bisa mengubahnya.
Mengubah diriku.
Mengubah kamu.
Mengubah kita.
Agar sekali lagi tak akan berakhir mengenaskan seperti ini.
Agar aku menyiapkan diriku untuk terluka dan berdarah untuk
orang yang salah.
Tetapi semuanya telah berlalu.
Meninggalkan ku sendiri dalam keramaian kenangan yang
mengekangku.
Menahan nafasku, menjegal setiap langkahku.
Tetapi untuk waktu yang sekian lama, akhirnya waktu menarikku
keluar dari keramaian itu dengan paksa.
Aku sendiri lagi.
Bukan untuk pertama kalinya aku menghadapi dinginnya
kesendirian.
Hanya saja sakitnya tetap terasa sama, seolah aku tak pernah
merasakannya.
Kini luka itu seakan termakan waktu, terkikis kenyataan.
Lukanya masih ada, walaupun sisanya sedikit, hanya saja
terasa sesekali.
Mungkin sang waktu mengajarkan agar aku tak terlalu berharap.
Pada mereka yang hanya akan meninggalkan luka dan membuatku
menelan segala bualan manis mereka.
Waktu, walau rasanya sakit dipaksa keluar,
Terimakasih membuatku terlihat lebih baik.
Whahaha, pertama kalinya ngepost puisi, karya sendiri pula. Galo, galo, gaje khas anak remaja gitu lah ya =D anyway, puisi ini sebenarnya udah lama banget aku bikinnya, cuman ngepostnya sekarang. Soalnya sekarang udah ga galo, galo, gaje gitu. Overall, wish y'all like this yawn ;* thanks for read, guys
Tidak ada komentar:
Posting Komentar