Jumat, 23 Mei 2014

Catatan Tak Berarti (:

Meski engkau bukan hal pertama yang terlintas di kepalaku ketika aku terbangun di pagi buta, engkau tetap orang pertama yang selalu kupertanyakan dalam benakku tiap pagi datang.

“Sudahkah engkau bangun? Ingatkah engkau apa yang merasuki mimpimu semalam tadi? Adakah aku disana? Walaupun hanya sekedar melangkah melintas di alam yang tak pernah mampu kujangkau itu.”

Dalam koridor hatiku yang belum aku ketahui dimana ujungnya, engkau terlebih dahulu sudah menyusurinya. Meninggalkan jejak-jejak kecil kenangan tak terlupakan di setiap petak kosong hati sepi ini.

Lihat aku yang selalu bisa baca tawamu namun tak pernah sanggup menggenggam pikiran misteriusmu. Tak pernah terlihat, walaupun hanya bayangan yang jatuh di lantai, aku memang tak pernah terlihat di matamu.

Engkau yang dapat kulihat di dunia nyata dan kupeluk di alam mimpi, sadarkah engkau akan kehadiranku yang membabi buta selalu berada di balik punggungmu? Mengawasimu dari kejauhan, menjagaimu dalam pandangan mata dan tak lupa tuk menyebutkan namamu setiap kali aku berbicara pada Sang Pencipta.Ya, aku membicarakan keberadaanmu dalam hidupku kepadanya sembari selalu bertanya beberapa baris pertanyaan yang sama tiap harinya.

“Apakah Kau menciptakan kebetulan dalam setiap gerak rasa ini kepada salah satu makhluk yang Kau letakkan dalam hidupku? Apakah hadirnya yang selalu kurindukan hanyalah sebuah ketidak sengajaan yang tercipta dari genggam tanganMu? Tidakkah kami layak tuk menjadi salah satu dari ‘takdir’ yang Kau ciptakan?”

Engkau memiliki sepasang telapak tangan hangat yang selalu ingin kugenggam, namun segera kusadari keberadaanmu yang kini berjauhan denganku semakin menegaskan sebuah kenyataan bahwa ‘aku-kamu’ takkan pernah berubah menjadi satu kata yang begitu ku damba.

‘Kita’.

Engkaulah oasis segar dalam padang gurun sepi hidup ini. Salah satu hal yang terus teringat dalam setiap ayunan cepat langkahku. Seakan embun segar di atas pucuk pohon pada setiap pagi buta, engkau datang seketika, memberikan kesegaran pengharapan dan aku yakin tak lama lagi engkau akan menguap pergi begitu saja.

Engkau yang disana yang selalu menjadi tujuan setiap sajak-sajak kecilku, menjadi penghuni pada setiap lautan aksaraku; dalam setiap gerakmu yang tak kumengerti namun penuh arti juga tiap kali kedua sorot mata indahmu menatapku, hanya ini yang ingin ku ucapkan.

“Terimakasih.”

Dan karena itu aku akan tetap diam, bertahan dan menunggu disini. Hingga suatu waktu yang kuharapkan agar engkau sadar apa yang selama ini selalu kulakukan.

Mencintaimu.

Tanpa sengaja.

Tanpa perlu alasan.

Tanpa tau tujuan.


(catatan tak berarti dengan alunan suara Ariana Grande dalam kamar yang penuh kegelapan manakala matahari terbenam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar