Meski engkau bukan hal pertama yang terlintas di
kepalaku ketika aku terbangun di pagi buta, engkau tetap orang pertama yang
selalu kupertanyakan dalam benakku tiap pagi datang.
“Sudahkah engkau bangun? Ingatkah engkau apa yang
merasuki mimpimu semalam tadi? Adakah aku disana? Walaupun hanya sekedar
melangkah melintas di alam yang tak pernah mampu kujangkau itu.”
Dalam koridor hatiku yang belum aku ketahui dimana
ujungnya, engkau terlebih dahulu sudah menyusurinya. Meninggalkan jejak-jejak
kecil kenangan tak terlupakan di setiap petak kosong hati sepi ini.
Lihat aku yang selalu bisa baca tawamu namun tak pernah
sanggup menggenggam pikiran misteriusmu. Tak pernah terlihat, walaupun hanya
bayangan yang jatuh di lantai, aku memang tak pernah terlihat di matamu.
Engkau yang dapat kulihat di dunia nyata dan kupeluk di
alam mimpi, sadarkah engkau akan kehadiranku yang membabi buta selalu berada di
balik punggungmu? Mengawasimu dari kejauhan, menjagaimu dalam pandangan mata
dan tak lupa tuk menyebutkan namamu setiap kali aku berbicara pada Sang
Pencipta.Ya, aku membicarakan keberadaanmu dalam hidupku kepadanya sembari
selalu bertanya beberapa baris pertanyaan yang sama tiap harinya.
“Apakah Kau menciptakan kebetulan dalam setiap gerak
rasa ini kepada salah satu makhluk yang Kau letakkan dalam hidupku? Apakah
hadirnya yang selalu kurindukan hanyalah sebuah ketidak sengajaan yang tercipta
dari genggam tanganMu? Tidakkah kami layak tuk menjadi salah satu dari ‘takdir’
yang Kau ciptakan?”
Engkau memiliki sepasang telapak tangan hangat yang
selalu ingin kugenggam, namun segera kusadari keberadaanmu yang kini berjauhan
denganku semakin menegaskan sebuah kenyataan bahwa ‘aku-kamu’ takkan pernah
berubah menjadi satu kata yang begitu ku damba.
‘Kita’.
Engkaulah oasis segar dalam padang gurun sepi hidup
ini. Salah satu hal yang terus teringat dalam setiap ayunan cepat langkahku.
Seakan embun segar di atas pucuk pohon pada setiap pagi buta, engkau datang
seketika, memberikan kesegaran pengharapan dan aku yakin tak lama lagi engkau
akan menguap pergi begitu saja.
Engkau yang disana yang selalu menjadi tujuan setiap
sajak-sajak kecilku, menjadi penghuni pada setiap lautan aksaraku; dalam setiap
gerakmu yang tak kumengerti namun penuh arti juga tiap kali kedua sorot mata indahmu
menatapku, hanya ini yang ingin ku ucapkan.
“Terimakasih.”
Dan karena itu aku akan tetap diam, bertahan dan
menunggu disini. Hingga suatu waktu yang kuharapkan agar engkau sadar apa yang
selama ini selalu kulakukan.
Mencintaimu.
Tanpa sengaja.
Tanpa perlu alasan.
Tanpa tau tujuan.
(catatan tak berarti dengan alunan
suara Ariana Grande dalam kamar yang penuh kegelapan manakala matahari
terbenam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar