Rabu, 07 Mei 2014

For You, All My Dearest Bestfriends: I'm A Loser Right Now :"(

Sekarang aku punya hobi baru kalo lagi free-class di sekolahan. Ngelamun, nyendiri, atau ngelakuin keduanya sekaligus. Bukannya aku orang yang pendiam atau penyendiri. Suwer, bukan deh. Aku malah cenderung orang yang suka cerita, ceriwis, ekspresif gitu, sebenarnya. Tapi akhir-akhir ini aku jauh lebih nyaman kalau aku sendirian atau ditemenin headset—atau laptop. Kenapa aku tiba-tiba suka nyendiri gitu?

Entah kenapa akhir-akhir ini meskipun di tengah keramaian temen-temenku, aku masih suka ngerasa sendiri. Aku masih kayak ngerasa kalo sebenarnya, mereka hanya nganggap aku terlihat dan berwujud. Ya, mereka memang temanku, tapi... apakah aku teman mereka?

Pertanyaan itu berkali-kali terus terngiang di dalam kepalaku, seakan tak ada perkara lain dalam hidup ini. Tapi memang begitu adanya, sekarang aku takut kalau pertemanan ini hanyalah sepihak. Bahwa hanya aku yang menjunjung tinggi segalanya tanpa mereka ikut melakukannya. Aku tau berulang kali mereka mengatakan bahwa aku adalah sahabat mereka, bahwa aku juga bagian penting dari kehidupan mereka yang sekarang. Awalnya aku percaya, sangat amat percaya malah, tapi lama kelamaan aku takut bahwa itu hanya perasaan mereka kalau mereka takut kehilanganku. Takut kehilangan bukan sebagai sahabat atau teman yang berarti tapi sebagai penopang nilai mereka. Aku tau rasanya bagaimana menjadi penopang nilai orang lain, orang-orang yang dulunya kukira akan bertahan disampingku selamanya.

Aku baru saja ingat sesuatu ketika dulu mereka meninggalkanku; bukankah tiada suatu hal yang bertahan abadi? Bahkan sebuah persahabatan sekalipun.

Sekali lagi, aku menemukan realita itu dalam dunia ini. Jadi, Teman, tolong bantu aku keluar dari jurang ketidakpercayaan ini. Selagi masih ada puing-puing rasa percaya dalam diriku sendiri tentang kehadiran kalian dalam hidupku. Selagi aku belum benar-benar mematikan rasa itu.

Saat membaca ini, aku tidak tau apakah kalian akan langsung membenciku dan menerjang keluar dari hidupku. Tak apa, itu hidup kalian, pilihan kalian, aku akan baik-baik saja, jadi jangan khawatir, lakukanlah.

Atau, mungkin kalian akan bertahan di sampingku lalu meneguhkanku? Apapun yang kalian pilih, kalian tetap sahabatku. Kalian adalah hal yang membuatku bertahan di sekolah yang membuatku merasa tersiksa setiap keluar kelas atau hanya sekedar berjalan di koridor.

Aku hidup dari satu tuntutan ke tuntutan yang lainnya, kalian tau itu bukan? Jadi bintang kelas, jadi orang paling baik, jadi siswa yang berhubungan baik dengan guru, jadi anak yang mandiri, jadi kayak si A, jadi kayak si B, blablablabla. Yang intinya aku harus jadi seperti keinginan orang lain. Aku tidak pernah keberatan jadi semua itu, hanya saja terkadang melelahkan untuk menjadi sesuatu yang tak pernah ada habisnya.

Maaf, caraku untuk bercerita ke kalian terlalu pengecut, seperti ini—melalui dunia maya. Aku hanya tidak pernah sanggup mengeluarkan hal ini melalui mulutku sendiri. Hal yang belum pernah kuucapkan ke kalian adalah:

“Kalian sahabatku, selamanya akan begitu. Entah suatu saat nanti apakah aku yang berhenti menjadi sahabat kalian, tapi kalian tetap sahabatku. Hadiah yang Tuhan berikan untukku, jadi, aku ingin kalian percaya aku sebesar aku memercayai kalian. Terkadang aku melihat banyak hal yang kalian sembunyikan jauh-jauh dariku. Air mata dan luka, kalian tutupi sebisanya. Tak apa jika kalian belum percaya menceritakan itu padaku. Aku akan dan masih menunggu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar