Aku yang tak percaya pada eksistensi cinta—pada kehadiran
sepucuk rasa yang hanya meninggalkan luka setelah berbahagia dalam halusinasi
sekejap mata—kini bertanya-tanya dalam benakku; akankah aku jatuh cinta lagi?
Jika tidak, akankah aku merasakan kesepian suatu saat nanti?
Akankah aku merindukan setiap sensasi aneh dan tak logis pada kerja jantungku ketika
aku jatuh cinta? Apakah suatu saat nanti, entah kapan tepatnya, aku akan
menginginkan perasaan itu kembali tinggal dalam hatiku?
Tetapi, bagaimana jika jawabnya ya? Jika aku—tanpa
kuinginkan—kembali jatuh dalam rasa itu, apa yang harus kulakukan? Apakah aku,
seseorang yang meludahi setiap langkah kehadiran cinta, akan tenggelam
dalamnya? Atau aku akan bertahan membutakan mata, menulikan telinga dan
membisukan bibir agar aku tetap dalam konsistensiku—juga dengan setiap
konsekuensinya? Membiarkan diri sendiri terkekang dalam prinsip egoku? Akankah
begitu?
Aku menutup sepasang kelopak mataku, membiarkan anganku
menari-nari dalam kegelapan tiada batas, tiada ujung. Anganku menghempaskanku
dengan pelan di atas lapisan waktu yang begitu kukenali. Lapisan waktu
saat-saat dimana aku jatuh cinta, ketika cinta membiarkanku menggantikan fungsi
oksigen dalam paru-paruku dengan kehadiran pucuk-pucuk harapan itu.
Saat aku jatuh cinta, tanpa kusadari aku berubah menjadi
seseorang yang dalam pantulan bayang cerminannya tak kukenali lagi.
Saat aku jatuh cinta, aku yang egois dan mementingkan diriku
di atas segala-galanya lambat laun akan mencair dan akhirnya akan melembut.
Melemparkan gengsi yang sebelumnya kujunjung tinggi melampaui batas, jauh ke
dasar diri yang tak terlihat.
Saat aku jatuh cinta, dunia yang dulunya tampak kusam
dibalik kabut asap yang tebal, tampak memudar kini. Memperlihatkan manis dan
indahnya dirinya sebenarnya, menampilkan setiap warna-warna ceria yang tak
kulihat sebelumnya.
Saat aku jatuh cinta, secangkir kopi hitam nan pahit yang
dulunya sangat kubenci, menjadi sesuatu yang lumrah untuk berada menemaniku di
semburat-semburat jingga senja. Karena setiap kali aku melihat cangkir kosong
yang menyisakan ampas kopi kehitaman di dasarnya, aku teringat pada tawa
miliknya yang sepahit kopi ini namun tetap terdengar seceria embun pagi.
Saat aku jatuh cinta, aku melupakan siapa diriku sebelumnya,
bagaimana aku menjalani hidup tanpanya dulu, alasan mengapa aku tertawa walau
sebenarnya tak bahagia. Yang kuingat waktu itu adalah bagaimana mengetahui
siapa dirinya sebenarnya, bagaimana ia menjalani hidupnya kini dan alasan
mengapa ia tertawa—walau ku tau—sebenarnya ia tak bahagia.
Saat aku jatuh cinta.. pentingkah masa lalunya? Pentingkah
latar belakangnya? Pertanyaan-pertanyaan yang tak ingin kuketahui jawabnya
meski ia dengan sukarela menjawabnya.
Saat aku jatuh cinta, aku selalu berharap bahwa ia juga
merasakan sesuatu dalam dirinya tentangku. Bahwa cepat atau lambat ia akan
sadar bahwa aku juga seorang yang penting dalam hari-harinya. Ikut menjadi
peranan spesial yang mengisi drama kehidupannya. Aku selalu berharap bahwa
semua khayalku tentangnya bukan hanya sebuah ilusi semata yang kurasakan
sepihak.
Saat aku jatuh cinta, aku sadar bahwa nyatanya ia tidak jauh
berbeda dengan yang lain. Ia tidak spesial pada awalnya, ia hanya seseorang
yang kebetulan melintas dalam hidupku pada saat dan tempat yang tak terduga.
Dan aku memilihnya karena ia sama dengan yang lain namun meninggalkan kesan yang
berbeda, yang tak terlupakan dan nyaris mustahil tuk dibuang begitu saja.
Karena dalam setiap sudut kesamaannya dengan yang lain, ia
mampu membuatku bereaksi jauh berbeda pada setiap perkataannya ataupun tutur
lakunya. Karena sebenarnya, meski ia sama, meski ia terlihat tak spesial,
nyatanya ia tetap berharga bagiku.
Karenanya, saat aku jatuh cinta adalah ketika aku merasakan
salah satu waktu-waktu terindah sekaligus berbahaya dalam hidup ini.
Entah nanti, apakah aku akan jatuh cinta lagi atau tidak,
siapapun orangnya, semoga ia bukan sekedar ilusi semata. Semoga ia benar
adanya. Semoga setiap cangkir kopi hitam itu membuktikan bahwa aku menantinya.
Keberadaan cinta yang benar adanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar