#1: Aku, Kamu, Berubah.
(Kelas horor itu, 14.00)
“Aku
merindukan kita yang dulu,”katamu lirih sembari menatap dalam tepat ke kedua
mataku.
Aku
tersenyum tipis lalu menelungkupkan wajahku di atas meja. Kedua mata hangatmu
yang berada dibalik bingkai kacamata itu, aku tak dapat menatapnya lebih lama
lagi karena aku yakin tak lama lagi pasti semua akan terasa menyakitkan. Aku
tertawa pelan sembari menyelipkan seuntai rambut bandelku yang terlepas dari
kunciran asalku ke balik telinga kiriku.
“Kita
yang dulu? Kamu mau ngeliat aku ngambek tiap dua detik sekali?,”kataku setengah
bercanda dengan gaya dramatikku yang khas.
Keadaan
kita kini memang berubah, entah apa sebabnya, hanya kita berdua yang tau apa
alasannya. Semua penonton kisah kita, yang menyimak hubungan aneh kita, hanya
dapat melihat kedekatan dan keakraban kita tetapi aku yakin bahwa di
tengah-tengah kita ada sebuah jurang pemisah. Sekarang dengan keluarnya
pernyataan itu dari mulutmu, aku sadar bahwa jurang pemisah itu bukan hanya sepihak kurasakan.
Tapi..
Di
depanmu.
Cukup
didepan matamu, aku ingin menjadi orang yang tegar dan mampu berdiri di atas
kakiku meski seberat apapun bebanku. Cukup di depan pemilik sepasang mata nan
ekspresif itu, setidaknya aku terlihat kuat.
Oleh
karena itu, meski aku ingin mengiyakan kata-katamu, aku tetap dengan egoku
bertahan tuk tidak mengungkapnya. Tak apa, asal tak menjadi beban bagimu.
“Bukan
itu maksudku...” Suaramu yang memelas membuatku setengah mati ingin
menertawakannya.
Seolah
tak mendengar suara memelasmu, aku melepas kunciran rambutku dan kembali
mengikatnya serapi mungkin walau sebenarnya tetap saja jauh dari kata rapi.
“Sepertinya
banyak yang membenci kuncir rambutku,”candaku sambil mengalihkan topik
pembicaraan kami.
“Oh
ya? Dia justru ga suka nguncir rambutnya loh..”
Untuk
sedetik, gerakanku terhenti. Aku menyadari sesuatu yang terjadi padamu.
Kebiasaan
lamamu yang sempat memudar itu kini telah kembali. Kamu kembali membandingkanku
dengan cewe lain. Sadar atau tidak kamu telah berubah kembali menjadi orang
yang kukenal lima bulan lalu; Si Pembanding.
Aku
tau kamu tak sadar bahwa Si Pembanding telah kembali karena dengan ceria kamu
melanjutkan kata demi kata tentang perempuan tanpa kuncir itu. Ya, kamu jatuh
cinta. Setidaknya begitulah pikirku.
Sudah
lama aku tak melihat sepasang mata itu bersinar karena menceritakan seorang perempuan.
Dan kini aku kembali melihatnya. Dan saat aku melihatnya, aku sadar satu hal.
Cepat
atau lambat, kamu akan berubah menjadi Sang Kekasih Perempuan Tanpa Kuncir itu
dan bukan lagi sebagai Sahabat Perempuan Aneh ini.
Aku
tidak cemburu ketika kamu dengan bahagia menuturkan cerita-cerita barumu dengan
perempuan itu, aku sahabatmu, tentu saja aku bahagia. Bukankah itu keinginanmu?
Aku
hanya takut kehilanganmu.
-Karena setiap
orang yang memiliki
kekasih akan berubah menjadi seseorang
yang tak dikenal
sahabatnya sendiri lagi-
***
#2: Pengakuan Selirih Angin.
(Tepian Koridor Sekolah, 15.30)
“Aku
ingin pacaran..”
Kata-kataku
yang selirih hembusan angin sore itu, mampu membuat kedua kepala sahabatku yang
mengapitku langsung menoleh ke arahku. Keheningan yang tadinya tercipta di
antara kami kini terpecahkan dengan 3 kata yang keluar dari mulutku.
“Kamu
yakin tidak kenapa-napa?”
Aku
tersenyum kecil sambil menggeleng pelan, menatap kedua sahabat dekatku
bergantian. “Dia..” Aku berhenti sebentar untuk menghela nafas. “Akan memiliki
pacar sebentar lagi.”
Dua
wajah manis didepanku langsung terbelalak kaget. Bukankah kenyataan memang
selalu mengejutkan?
“Dengan
siapa?,”todong salah satu dari mereka.
Dengan
pelan aku menyebutkan nama panggilan cewe itu, nama yang sangat familiar di
telinga kami semua.
“Kamu
cemburu?”
Aku
berpikir sebentar, lalu menggeleng pelan. “Aku hanya tidak ingin kehilangan dia
lebih jauh lagi..”
Salah
satu dari mereka yang awalanya hanya diam, langsung bertanya satu hal yang
mengejutkan bagiku. “Kalau kamu tidak ingin kehilangan dia, kenapa kamu tidak
menahannya?”
Aku
terdiam, rasanya menohok mendengar sesuatu yang untuk pertama kalinya tak bisa
kujawab. Aku tertunduk, tidak tau harus berbuat apa lagi. Setelah lama dalam
keheningan, aku berkata dengan pelan. “Bagaimana menghentikannya? Aku sahabatnya,
bukankah itu keinginannya?”
Sahabatku
yang lainnya, yang baru saja putus dari kekasihnya segera menatapku. “Ya udah,
kalau begitu, nanti malam mungkin kamu bakal merasakan yang namanya kesepian.
Pokoknya kamu harus nyibukkin diri sendiri. Entah ngegame atau belajar.”
Aku
mengangguk pelan lalu tersenyum kecil ketika menyadari satu hal. Tak apa kalau
ia pergi, asal mereka tetap disini.
-Seorang sahabat
menaruh kasih
setiap waktu, menjadi kebaikan
dalam setiap
kesukaran-
***
#3: Heningnya Hati
(Dalam gelapnya kamar, saat matahari
telah terbenam)
Aku
berbaring meluruskan kakiku yang masih terbalut kain kasa di atas dinding
kamarku yang gelap. Seberkas cahaya yang masuk dari pintu kamarku yang terbuka
membuat kesuraman di ruangan ini terasa nyata. Aku baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan
setelahnya mengalami kecelakaan batin. Luka di kaki dapat dibalut dan diobati
selama lukanya belum kering, tetapi luka hati?
“Sedang
apa, Kak?,”tanya adik perempuanku dari luar kamarku. Aku menyelonjorkan
kepalaku ke bawah tempat tidur lalu memandangi punggungnya diruang tengah.
“Tidak menelpon dia?”
“Enggak..”
aku membalasnya lirih, entah kemana hilangnya suara cemprengku yang memekikkan
telinga. “Dia akan memiliki seseorang yang baru. Kekasih.”
Tanpa
bertanya lebih dalam, ia malah mengedikkan bahunya. “Semua orang yang memiliki
kekasih akan berubah. Pasti.”
Entah
sengaja atau tidak, ia memutar lagu-lagu mengiris-iris hati. Awalnya aku
bertahan mendengarkan tanpa menitikkan air mata. Hingga lagu itu terdengar,
lagu yang mendengungkan suara ballad
Ariana Grande.
Almost, almost is never enough.
So close to being in love.
If i would have known that you wanted
me.
The way i wanted you.
Aku
bertahan untuk tidak menangis sambil mengigit bawah bibirku. Bahkan lagu
selanjutnya yang mengalun jauh lebih menyayat hati. One last cry.
One last cry before i leave it all
behind.
I gotta put you outta my mind this
time.
Stop living a lie, i guess i’m down to
my last cry.
“Kalau
mau menangis, menangis aja, Kak.”
Aku
terdiam, memasukkan diriku ke dalam sudut kamar yang tergelap. Dan menangis
disana.
Tanpa
suara.
-Karena keluarga
adalah
tempat untuk
kembali dan pulang-
***
#4: Penyesuaian Hati Tanpa Kamu
(Beberapa waktu kemudian, cepat atau
lambat)
Aku
memandangi layar ponselku yang gelap kali ini, akhir-akhir ini tanda kehidupan
di ponselku semakin lama semakin menghilang seiring saat-saat kamu memulai
sesuatu yang baru bersamanya. Di ponsel ini, dengan berat hati aku menghapus
seluruh sisa kenangan yang tak sengaja tertinggal.
Biasa saja, aku selalu peduli
tentangmu :p
Pesan
Diterima: 02.04.2014
Singkat? Berarti kamu belum
merindukanku, dunia memang kejam --" aku selalu mencarimu, tetapi aku diam
:p
Pesan
Diterima: 02.04.2014
Aku
ingat seluruh pesan-pesan konyolmu yang tanpa kamu sadari membuatku tertawa setiap
kali membacanya.
Delete all messages?
Tulisan
di layar ponselku seolah-olah menanyakan keyakinanku untuk menghapus
pesan-pesan singkatmu yang kusimpan. Dengan jari bergetar, aku menekan tombol Yes dan salah satu kenangan kita dari
ponsel ini.
Setelah
itu aku membuka conversations di
ponselku dan menemukan namamu tertera disana. Aku membuka seluruh percakapan
aneh kita, membacanya dan tertawa untuk terakhir kalinya.
Delete this conversation?
Yes.
Tak
cukup sampai disana, aku beralih pada gallery,
koleksi kenangan yang terlengkap. Foto liburan kita yang pertama, foto selfie aku dan kamu, dan foto saat kita
dihukum bersama. Aku tertawa pelan menatap seluruh kenangan manis ini, entah
bisa terulang atau tidak, aku tidak tau.
Delete all photos?
Yes.
Dan
aku teringat pada sebuah rahasia yang hanya kuketahui sendiri, bahwa terkadang
aku merekam percakapan telepon kita. Ya, beberapa rekaman tersimpan rapi di
ponselku. Saat membicarakan cita-cita, saat kamu marah karena aku mengabaikanmu
dan saat sebelum fajar menyingsing kita malah tertawa bersama. Tanpa perlu
mendengar lagi rekaman itu, aku melakukannya lagi.
Delete all recordings?
Yes.
Semuanya
benar-benar bersih sekarang, setidaknya ini merupakan langkah pertama yang
bagus untuk melupakanmu. Hingga tanpa sadar aku mulai menulis pesan singkat
untukmu.
Hey.
Lama tidak bertemu, apa kabarmu dengan
dia yang mampu membahagiakanmu? Aku sahabatmu, namun tetap saja kamu tidak
menceritakan bagaimana kamu dan dia berjalan bersama dalam satu hubungan. Tak
apa, meski sekarang kamu lupa bahwa aku masih bernafas, nanti saat kamu
memerlukanku walau hanya untuk sekedar bercerita, aku siap. Karena itulah
gunanya sahabat. Dibuang dan dipungut kembali.
Aku
tertegun membaca pesan singkatku yang cukup aneh.
Send?
No.
Save to drafts?
Yes.
-Sometimes, you
just have to erase the messages, delete the photos and move one.
You don’t have to
forget who that person was to you.
You just have to
accept that they aren’t that person anymore-
(Terkadang,
kamu hanya harus menghapus pesan, menghapus foto dan berpindah.
Kamu
tak perlu melupakan siapa orang itu dulu untukmu.
Kamu
hanya harus menerima bahwa kini dia bukan yang dulu lagi.)
Lucky Club Casino Site - Live! Casino and Slots
BalasHapusLucky Club is a new online casino operated in London, England that was luckyclub launched in 2020 and is operated by the Playtech Group. As a fully