Ini kisah tentang seorang perempuan pelupa.
Yang melupakan apa yang ia mimpikan setiap kali ia
bangun pada pagi buta.
Juga ikut melupakan cara mengawali tanda tangannya
sendiri.
Yang selalu terdiam manakala di tengah pembicaraannya
dengan orang lain, ia lupa siapa nama lawan bicaranya.
Sudah ku bilang ini kisah tentang seorang perempuan
pelupa.
Seorang perempuan yang dapat tersesat karena melupakan
jalan pulang.
Yang selalu lupa untuk menambahkan garam di setiap
masakannya.
Namun selalu ingat untuk tidak melupakan kamu.
Si perempuan pelupa ini mungkin melupakan tanggal
berapa pertama kali kalian bertemu, hari apa itu atau tepatnya jam berapa. Ia hanya
mengingat bahwa saat itu kalian berdua telah saling menemukan satu sama lain.
Perempuan pelupa ini juga tidak pernah dapat mengingat
dengan jelas nomor teleponmu. Yang ia ingat hanyalah betapa manisnya tiap
tetesan percakapan panjang kalian melalui deretan angka teleponmu.
Betapa pelupanya perempuan yang kini kuceritakan
padamu.
Ia melupakan tiap luka yang tersisa tiap kali kamu
meninggalkannya. Bahkan ia melupakan caramu mendorongnya pergi dengan
menyakitinya bersama perempuan lain. Perempuan ini terlalu cepat lupa bahwa di
matamu masih ada banyak perempuan lain yang dapat mengingat jauh lebih baik
darinya. Ia juga lupa tangisannya di tengah malam hanya karena kamu tiba-tiba
pergi menjauhinya.
Si pelupa bodoh ini hanya ingat bahwa berkali-kali kamu
meninggalkannya, berkali-kali juga kamu kembali ke sisinya. Meski kamu bersama
perempuan lain di depan matanya, perempuan ini malah mengingat janjimu yang
berkata untuk selalu ada di setiap musim hidupnya—janji yang mungkin sudah
busuk termakan waktu.
Kamu membuatnya menangis hanya saja saat tangisannya
sudah kering maka saat itu juga ia lupa bahwa ia menangis untukmu. Ia lupa
untuk menuls kesalahanmu kepadanya, gantinya ia malah mengingat harapan-harapan
yang kamu berikan untuk ditulis dalam lembaran kertas dunia mayanya.
Ya, beginilah kisah seorang perempuan yang mulai
belajar mengingat.
Mengingat janjimu dan melupakan goresan kering di
hatinya.
Inilah akibat mengingat apa yang sudah terlupakan dan
melupakan apa yang masih teringat.
Akhirnya perempuan ini berakhir menjadi seorang pelupa
bodoh yang terlalu setia.
Oh, aku lupa mengatakan bahwa aku seorang perempuan
pelupa.
sesuatu banget ngenanya :')
BalasHapus