Senin, 30 Juni 2014

Kisah Tentang Perempuan Pelupa



Ini kisah tentang seorang perempuan pelupa.

Yang melupakan apa yang ia mimpikan setiap kali ia bangun pada pagi buta.
Juga ikut melupakan cara mengawali tanda tangannya sendiri.
Yang selalu terdiam manakala di tengah pembicaraannya dengan orang lain, ia lupa siapa nama lawan bicaranya.

Sudah ku bilang ini kisah tentang seorang perempuan pelupa.
Seorang perempuan yang dapat tersesat karena melupakan jalan pulang.
Yang selalu lupa untuk menambahkan garam di setiap masakannya.
Namun selalu ingat untuk tidak melupakan kamu.

Si perempuan pelupa ini mungkin melupakan tanggal berapa pertama kali kalian bertemu, hari apa itu atau tepatnya jam berapa. Ia hanya mengingat bahwa saat itu kalian berdua telah saling menemukan satu sama lain.
Perempuan pelupa ini juga tidak pernah dapat mengingat dengan jelas nomor teleponmu. Yang ia ingat hanyalah betapa manisnya tiap tetesan percakapan panjang kalian melalui deretan angka teleponmu.

Betapa pelupanya perempuan yang kini kuceritakan padamu.
Ia melupakan tiap luka yang tersisa tiap kali kamu meninggalkannya. Bahkan ia melupakan caramu mendorongnya pergi dengan menyakitinya bersama perempuan lain. Perempuan ini terlalu cepat lupa bahwa di matamu masih ada banyak perempuan lain yang dapat mengingat jauh lebih baik darinya. Ia juga lupa tangisannya di tengah malam hanya karena kamu tiba-tiba pergi menjauhinya.

Si pelupa bodoh ini hanya ingat bahwa berkali-kali kamu meninggalkannya, berkali-kali juga kamu kembali ke sisinya. Meski kamu bersama perempuan lain di depan matanya, perempuan ini malah mengingat janjimu yang berkata untuk selalu ada di setiap musim hidupnya—janji yang mungkin sudah busuk termakan waktu.
Kamu membuatnya menangis hanya saja saat tangisannya sudah kering maka saat itu juga ia lupa bahwa ia menangis untukmu. Ia lupa untuk menuls kesalahanmu kepadanya, gantinya ia malah mengingat harapan-harapan yang kamu berikan untuk ditulis dalam lembaran kertas dunia mayanya.

Ya, beginilah kisah seorang perempuan yang mulai belajar mengingat.
Mengingat janjimu dan melupakan goresan kering di hatinya.
Inilah akibat mengingat apa yang sudah terlupakan dan melupakan apa yang masih teringat.
Akhirnya perempuan ini berakhir menjadi seorang pelupa bodoh yang terlalu setia.

Oh, aku lupa mengatakan bahwa aku seorang perempuan pelupa.

1 komentar: