Semuanya berakhir
secepat hembusan angin manakala hujan berhenti. Meninggalkan bekas pada tiap
hal yang dilaluinya, membawa sesuatu bagi hidung yang menangkapnya. Pertemuan pertama
yang awalnya terasa biasa saja, jika diingat kembali akan terasa begitu manis
untuk dikenang.
Aku tidak bisa memilih
untuk bertemu atau tidak dengan seseorang di masa nanti, begitu juga halnya
denganmu. Jika suatu saat nanti kamu menemukan seseorang yang jauh lebih baik
dari aku, jauh lebih mengerti dirimu yang tak pernah kumengerti itu; akankah
kamu pergi?
Seharusnya kamu tidak
pergi.
Sama seperti janji yang
dulu selalu kamu ucapkan, harusnya kamu tinggal disini. Kamu takkan pergi.
Pergi bukan sesuatu hal yang bisa dipilih, tapi kamu akan tetap tinggal di
sampingku kalau kamu bisa. Ya, aku tau kamu bisa melakukannya, kamu hanya tak
ingin. Katamu, kamu terlalu lelah untuk bertahan pada orang egois sepertiku.
Lalu selama ini apakah aku tidak cukup lelah untuk bertahan pada orang yang
selalu memberikan janji palsu? Aku juga lelah, tetapi aku memutuskan untuk
tidak pergi. Aku memilih untuk bertahan, sekencang apapun orang lain menyuruhku
pergi.
Tapi kenapa malah kamu
yang pergi? Kenapa? Apakah ribuan janji yang kamu ucapkan untuk selalu bertahan
di sampingku sudah mengalami batas kadaluarsa? Pertanyaan yang takkan kunjung
terjawab karena takkan pernah kupertanyakan padamu.
Kamu pergi.
Aku disini.
Takkan mengharapkanmu
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar