Rabu, 23 April 2014

A Letter For Old Friend

Dearest you,

Apa kabar, Teman lama? Sepertinya apa yang kulihat selama ini adalah kamu baik-baik saja tanpa aku dalam hidupmu. Kuharap kamu sehat seperti dulu saat kita masih bersama sebaga sahabat.

Aku? Jangan tanyakan kabarku, Teman, hingga kini aku masih tak bisa melupakanmu semudah kamu melupakanku. Dulu ketika aku tau kita masih dipertemukan lagi dalam satu sekolah yang sama, aku berpikir bahwa ini takdir. Bahwa aku dan kamu akan kembali seperti dulu lagi, seakrab dulu. Tapi setahun sudah terlewati dan kita masih saja sama seperti orang asing yang tak pernah mengenal. Dan sekarang aku tau bahwa ini hanyalah kebetulan yang cukup akurat.

Teman, kamu adalah cinta keduaku, cukup berharga untuk kulupakan tapi cukup menyakitkan untuk terus dikenang. Tenang saja, aku sudah bisa move on kok dari kamu. Setelah waktu yang lama aku terus menunggu kamu kembali, aku sadar itu tidak akan pernah terjadi. WE ARE NEVER EVER GETTING BACK TOGETHER ANYMORE. Menyedihkan, bukan? Bagiku sangat menyedihkan.

Aku kangen kamu. Sampai sekarang aku kangen kamu. Meski bayanganmu kulihat dan tawamu menggema setiap hari, aku masih merindukan kenangan kita. Kamu ingat perdebatan-perdebatan kecil yang sering kita lakukan setiap hari dulu? Saat aku tidak mau kalah dan kamu juga selalu merasa benar. Saat aku menangis dan kamu benar-benar speechless disampingku meski akhirnya mencari tisu kemana-mana.

Disini, di tulisan dunia maya ini aku akan melakukan pengakuan tentangmu. Pengecut memang, tapi jika suatu saat kamu membacanya, percayalah bahwa ini yang terjadi pada diriku.

Aku mengaku aku menyukaimu sejak 4 Februari 2013, setelah kita berdebat tentang pelajaran musik dan ternyata kita berdua memang tidak ada yang benar. Kamulah cowo 04.02 yang sering kuceritakan itu kepadamu, hanya saja kamu yang tidak sadar. Hingga tanggal yang sama di tahun berikutnya, aku masih stuck padamu. Aku masih sering mengawasi langkahmu dari kejauhan, menanyakan kabarmu pada teman-temanmu dan diam-diam mendengarkan tawamu. Tapi setelah tanggal itu, aku berhasil untuk tidak melakukan itu semua. Meski terkadang saat aku yakin tidak ada yang memperhatikanku,  aku masih diam-diam mengawasimu.

Kamu cinta keduaku, orang yang mampu membuatku melupakan cinta pertamaku yang terlarang. Terimakasih untuk waktumu dan juga semua kenangan-kenangan berharganya. Kamu tetap akan jadi bagian yang ikut membuatku seperti ini, Clepto.


Sincerely,

Fedophyll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar