“Jangan pergi.”
2 kata yang paling ingin kuungkapkan sekarang ke
kamu tapi entah sampai kapan akan kusimpan di tenggorokanku. Hari ketujuh di
bulan ulang tahunmu, kamu semakin terasa sangat jauh untuk kembali seperti
dulu. Entah apa yang membuatmu berubah, tetapi dari semua yang kamu lakukan aku
tau satu hal : Kamu punya masalah yang tak ingin kamu bagikan ke siapapun.
Termasuk aku, sahabatmu sendiri. Atau setidaknya aku beranggapan bahwa aku
masih sahabatmu.
Aku masih mencoba bertahan di sisimu walau kadang
aku berharap jauh lebih mudah untuk melupakanmu daripada bertahan di samping
orang yang mendorongku menjauh. Aku sangat susah untuk memahamimu yang
sekarang, itu mungkin penyebabnya kenapa hari ini akhirnya kamu sadar bahwa
telepati kita tidak terhubung.
Pergi saja.
Kalau kamu memanng ingin pergi, bukannya itu
sepertinya yang sangat kamu harapkan? Meskipun aku ingin menahanmu, tetap saja
aku takkan melakukannya sampai kapanpun. Kamu tau bagaimana aku menjunjung
gengsi seorang perempuan di atas apapun; termasuk persahabatan kita.
Kamu yang dulu; yang perhatian dan yang lembut
hilang entah kemana. Berganti dengan seseorang yang tak terlalu kukenal. Yang
dingin dan kasar. Kamu ingat bagaimana tadi aku berlari mengejarmu di parkiran
dan malah jatuh terpeleset tepat di kakimu? Kukira kamu justru akan tertawa
lalu ikut jongkok di sebelahku; seperti yang biasanya. Tapi entah kenapa
semuanya buyar ketika yang kamu lakukan justru menarik tanganku dengan keras
supaya berdiri dan malah memarahiku: “Coba langsung berdiri!”
Aku terdiam, tapi kuputuskan untuk tetap bertahan
disampingmu. Mas, meskipun kamu makin lama makin jahat, aku tetap berusaha di
sampingmu, kok. Makasih untuk sudah berubah menjadi seseorang yang tak lagi
kukenal. Setidaknya kamu menjadi seseorang yang lebih jutek dari aku yang dulu.
Makasih, membuatku merasakan betapa sakitnya diabaikan dan dianggap invisible—seperti yang dulu kulakukan.
Soulmate, maaf aku tidak menjadi sahabat yang baik..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar